Showing posts with label Romansa. Show all posts

Serui dan Kamu

Serui seiring dengan waktu
Menjelma haru dan mengikat
Pulau kecil tanpa cerita
Kini merenda rindu

Seruiku yang kutak tahu rupanya
Mendapatkan kamu yang sebentar bertamu
Menjejal asa dan mimpi yang mengusik
Mendapati kamu.

Akupun terpedaya rasa
Membuka rahasia yang dulu sempat tercecar
Melipurkan Lara dan membangun kisah
Yang kueja dalam metafor sederhana

Serui senantiasa mengantarkan kamu
Dalam hitungan mil
Serui dan kamu mencipta soneta
Yang terlarut dalam diksi
Merepih hari, dalam romansa

Kucinta engkau, Serui
Dan tiap detik genggamannya.


ADA

Tentang Teman Berbagi.

Dia dipilih.
Oleh hati
Yang mendorong kisah aku dan kamu menjadi kisah kita
Yang membuat mengapa perjalanan kamu menemukan cinta selalu berhenti di tengah jalan
Yang memutus langkah kamu berhenti
Karena kamu merasa telah menemukan.
Dan sekali lagi ia dipilih.
Kamu tahu, kamu tidak akan pernah tahu kapan kamu akan jatuh cinta
Tapi kamu tahu, diantara kalian akan ada sebuah pita penyambung dua kehidupan kalian
Yang berselam dalam janji kehidupan bersama "nanti"
Secepat itu kamu merasa yakin ketika kalian telah menemukan.
Pria yang selama ini kamu tunggu bertahun lamanya, akan dikalahkan oleh ia yang hadir sekejap dan membangunkanmu dalam lamun pengharapan cinta yang panjang
Seketika hari itu kamu berbahagia
Bukan sekedar berbahagia saat pertama kalinya bergandeng tangan
Bukan sekedar berbahagia di kencan pertama yang mendebarkan
Ataupun berbahagia karna hadirnya yang mempesona
Kamu akan berbahagia dengan sederhana
Yang membuat harimu lengkap.
Untuk kamu, sahabatku
Yang belum melihat pita penyambung itu
Yang belum menemukan tempat tunggu dan berhenti, bersabarlah
Karna kelak penantian Baik itu akan hadir
Disaat terbaik dalam hidupmu yang tidak pernah kamu duga.

Salam sayang,
Aku yang telah menemukan tanda.


Kisah ini merupakan hasil pertemuan kisah Babak Lima Belas Menit

Aku Kacau

Untitled

"Sekarang aku mulai ngerasa ngasih kunci serep apartemenku ke kamu adalah sesuatu yang salah"
"Ih ngomel, lagi mabok ya?"
"SIAPA JUGA YANG LAGI TIDUR DIBANGUN SECARA BRUTAL TERUS NGGAK NGOMEL? PAKE OTAK DONG."
...
...
"Well, I'm sorry that everytime I step in in your life, it was never the right time. And I never really learn anything, that sometimes you're not okay of me being brutally here and there"
...
...
Aku bangkit dari tidurku, memilih terus memunggungi kamu. Kemudian melanjutkan, "Bukan itu. Aku cuma ngerasa, kadang kamu nggak adil. Setiap kamu butuh aku, kamu selalu bisa nemuin aku bahkan di saat aku nggak mau ditemuin sama siapapun. Tapi nggak kebalikannya, saat aku butuh kamu, kadang aku mesti setengah mati dulu cari kamu"
"Well, you can always call"
"That's the unfair part. Everytime you need me, you can just show up in front of my face. But, when I need you, I have to call you first? To know where you are. Or whether you have a time to talk. It's just unfair"

Aku bersandar jendela di samping tempat tidurku, memeluk bantal, namun kali ini menatap ke arahmu. Lalu, kamu duduk menghampiriku dan duduk di sisiku.

Sunyi sesaat. Mungkin kau sengaja membiarkan emosiku mereda sedikit.

"Well, actually, I came here not because I need you. It's because I couldn't find you anywhere. I kinda worry, you know. So I come to check on you"
...
"Maaf. Seharian aku tidur dan nggak sadar ponselku mati. Maaf aku baru dateng sekarang, sementara seharusnya aku ada di sini empat jam yang lalu, mungkin. Sorry that you broke up with your boyfriend. Aku minta maaf atas banyak hal lainnya ke kamu. Sebagai permintaan maaf, I think a company would do good for you tonight"

Aku masih terdiam dan memeluk bantalku. Sesuatu yang panas meleleh dari mataku. Air mata. Air mata yang mengalir dalam diam sampai kemudian berubah menjadi isak tangis dalam.

Sebuah usapan lembut di kepalaku. Menenangkan.

"Kamu kacau tahu, nggak. Perlu disembuhin, pake cinta" ucapmu sambil terus mengusap lembut kepalaku.

Ucapanmu membuat aku tertawa di antara isak tangis. Brengsek.

Malam ini aku patah hati karena satu hubungan yang harus berakhir. Kupikir aku akan melewati malam ini dengan nelangsa. Sendiri. Tapi ternyata tidak.

Karena kamu selalu tahu dimana menemukanku.

Malam ini aku lega kamu menemukanku. Aku rasa aku butuh sahabatku untuk mengadu dan menangis sampai aku lelah dan terlelap.



LA.

Firasat

Talking Heads

"Kamu harus banget pergi ya?"
"Iya, dia butuh aku di sana"
"Iya, dia, mantan kamu. Perlu banget sampe dibela-belain? Aku gimana?"
"Halah biasanya juga kamu ngapa-ngapain sendiri. Lagian, kan, ada si cowok yang friendzone-in kamu itu"
"Brengsek. Aku maunya kamu"
"..."
"Bisa nggak, sih, sekaliiiii, sekali aja, paling nggak, kamu pura-pura kalo kamu peduli? Pernah nggak sedikit aja terlintas di kepala kamu kemungkinan aku sayang kamu? Aku maunya kamu? Aku nggak mau kamu usaha buat nyambung kembali benang yang udah putus?"
"Kamu sayang aku? Cowok yang friendzone-in kamu itu apa kabarnya di hati kamu?"
"Brengsek ah"
"Kalo kamu sayang aku, kenapa nggak pernah bilang?"
"Kamu pikir segampang itu buat bilang? Sementara kamu udah sebegitunya tau aku"
"Giliran ke cowok itu kamu bisa jujur, kenapa ke aku nggak?"
"Beda! Entah, ya, aku ngerasa kalo aku bilang, kamu bakal ninggalin aku. Dan itu akan lebih nyakitin, sih"
"Kata siapa?"
"Firasatku. Firasatku nggak pernah salah"
"Bullshit. Gimana kamu bisa tahu kalo kamu belum nyoba? Kamu, kan, juga sebegitunya tau aku"
"Oke! Aku cuma akan bilang sekali dan kasih aku jawaban cepat! If I tell you that I love you, would you stay?"
"..."
"See.. Firasatku bener. Kamu akan ninggalin aku"

Lalu aku meninggalkan kamu lebih dulu sebelum kamu yang meninggalkan aku di bandara dengan udara malam yang menusuk itu.


(Seri "Kau Tahu Dimana Menemukanku")


LA.

Tentang Kita, Barangkali

Barangkali kita hanya terus berputar seperti dalam lintasan yang berjarak sama dengan bumi yang berputar. Barangkali kita ikut terus berkeliling tanpa tendensi, tanpa tau apa yang benar-benar sedang kita cari. Barangkali kita sedang menunggu kapan satu diantara kita yang mulai berhenti. Bertahan dalam lelah..

Kita, yang sedang bertanya apa makna dari keberadaan aku dan kamu, yang sibuk memahami keadaan dan membaca kamu dan aku dalam cermin yang jernih, yang sedang berandai akan dibawa kemana cerita ini. Kita yang sama-sama butuh dan menganggap telah saling menemukan

Seringkali dalam tiap kewajiban melapor yang terkesan biasa saja. Sarat makna. Yang tak bisa dibahasakan dan diucapkan dalam kata yang sederhana. Tentang kemampuan kita bercerita tentang panorama bulan yang anggun dalam lingkupan milky way, mimpi absurd dan kontemplasi cita-cita, tentang kesadaran untuk saling membunuh waktu dan berbagi hal manis dan rumit. Kita tenggelam dalam haru dalam nyaman rasa sendu sementara dua diantara kita hanya meringkuk malu. Takut bertanya, akan dibawa kemana..

Satu diantara kita telah menyadari, bahwa permainan ini tidak ada dimenangkan siapa-siapa. Bahwa tidak ada pilihan untuk kapan merasa harus jatuh cinta. Dan ketika itu terasa yang ia lakukan hanyalah terjun bebas selepas mungkin hingga sadar ada jarak yang berdiri tegak menyublim tiap rindu yang mencuat

Bukankah seharusnya jarak tidak menjadi masalah ketika telah ada 'kita' dalam baris kata? Bukankah janji itu tidak perlu bila dua diantara kita telah yakin dan mampu?

Barangkali waktu yang telah memiliki jawabannya, barangkali kita sedang menunggu untuk saatnya tiba.. dan barangkali kita dapat membunuh sepi dengan tidak menyakiti diri masing-masing.

*untuk kamu yang belum dapat kusebut sebagai nama*

(ADA)

Cerita Senja di Pelawangan Sembalun

Dalam senja yang temaram
kucari kau dalam kelengangan dalam
Kucari kau dalam terang hati
Dalam damai yang sembunyi

Senja yang habis dihadapan
Menyapa habis resah yang meringkuk dalam tanya
Ketika nanti kita berada disini, bersama
Apakah sepi masih mengetuk diri dalam kesunyian safarnama?

Aku mencari kau dalam rindu
Yang menyublim di lingkaran sesak
Dalam kabut tipis yang perlahan menghilang
Menyibak ujung timur segara anak

Akankah perjalanan ini berhenti,
Dan kamu bukan lagi sebuah persinggahan?

Hari ini aku sangat ingin belajar menyelami
Tentang mimpi yang absurd, harapan yang fana,
Maupun hati yang dibuat-buat
Dalam ketinggian meter di atas permukaan laut.

Untuk itu aku menyimpan satu nama,
Dan satu tanya tentang kita..

(Mei, 2014)

Just Don't

On The Bed
Pict source: Flickr

Jangan meminta
sesuatu yang pernah kamu tolak



LA.

Sampai Kita Dewasa dan Bijaksana untuk Menyadari

Bram Saladdin of The Experience Brothers
Pict Source: Flickr

Selamat malam,
Untukmu yang paling sering aku rindukan
Dan yang diam-diam kukirimi doa sebelum aku tertidur
Suatu hari kamu akan tahu
Bukan sekarang
Suatu hari
Ketika kamu sedikit lebih bijaksana
Ketika kamu mendekat pada Tuhan
Kamu akan tahu
Karena selama ini diam-diam aku mengadu pada Tuhan
Aku berdoa pada Tuhan
Untuk memberimu kebahagiaan
Untuk memberimu seseorang yang dapat mendampingimu menjadi manusia yang lebih baik
Untuk memberimu seseorang yang dapat memenangi monster dan ego dalam dirimu
Aku belum mampu untuk memberitahumu
Aku belum cukup dewasa dan bijaksana
Aku masih terlalu egois untuk dapat memenangi monster dan egomu
Aku masih belum cukup baik untuk mendampingimu
Sampai saat itu tiba,
Semoga kamu senantiasa berbahagia
Selamat malam dan selamat tidur


LA.

Surat Untuk Sahabat

Dear L and R,

Aku sampai pada satu titik dimana aku takut jatuh cinta,
Untuk memulai suatu hubungan yang baru dan tidak dibumbui ketakutan masa lalu
Kamu tahu, aku ini orangnya tidak mudah
Dan rasa takut itu sering menyergap tiba-tiba sama seperti kehadiran sosok baru dalam hidupku

Iya, aku takut jatuh cinta sampai setengah mati
Jatuh cinta yang membuat jantung berdetak tidak karuan sampai mau copot
Jatuh yang tidak sakit tapi memunculkan banyak kupu-kupu di lambung
Aku takut jatuh, terbang bebas dan lupa daratan
Setakut itu sampai terasa akan mati betulan

Iya L, iya R.. benar
Saat ini kurasa aku menemukan seseorang yang membuatku kembali seimbang
Seseorang yang dapat kuceritakan tentang apapun dan kapanpun
Yang selalu muncul dipagi hari dan selalu menjadi pengantar tidur di malam hari
Seseorang yang membagi pengalamannya, menghabiskan waktunya untuk menjadi peta yang sederhana tapi sangat menarik untuk kuajak berpetualang
Aku menemukannya, sekaligus takut karenanya..
Aku takut hanya sebelah, dan hati ini kembali terbelah

Sudah dulu ya, nanti kapan-kapan aku lanjutkan ceritanya
Yang pasti sekarang ini bantu aku kembali waras
Karena setengah mati berarti setengah hidup
Dan aku takut ini makin terasa jauh.

Tolong aku..
Ini bukan asmara..

Game Of Love.

I realize that I could love him, but it would never work out.
He has a world, a place, and friends, and I have mine too.
And neither of us would give up anything for the other.

But seriously, what are we playing?

Maybe this little game called love we play is now becoming the waiting game.
Waiting for who's going to fall first, waiting for who's going to say 'i miss you first', and waiting to hurt first.

I win, only to lose.

Sepi

Untitled
Pict: Nikoline

Rasa sepi paling absolut bukanlah ketika berada di sebuah konser sendirian. Bukan ketika menonton film di bioskop sendirian. Bukan ketika menikmati secangkir kopi di kafe favorit sendirian. Bukan juga saat makan siang sendirian
Rasa sepi paling absolut justru setelah hari yang begitu panjang dan melelahkan. Aku berbaring di tempat tidurku dan menyadari tidak ada seorangpun di sampingku. Juga tidak seorang temanpun di telepon genggamku yang berusaha menghubungiku

Seorang teman pernah berkata saat perbincangan tengah malam kami,
"Malam tidak selamanya sepi
Tidak juga selamanya gempita
Malam ini bisa saja sepi
Tapi besok pasti (setidaknya) akan sedikit lebih ria"




Aku mengamini itu.


LA.

Falling (In Love)

Untitled
Pict: Lisnaadwi

The only thing that comes along with 'falling' is the pain
In love, we don't mind to keep falling
Again and again
Because somehow, we're addicted to the pain
The pain that love brings


LA.

Semudah Itu

Messed up bed
Pict: Xian

Kekacauan yang kauciptakan:
Kau mengajakku keluar seusai jam kantor esok hari
Membuat tidur malamku kacau karena bersemangat

Kekacauan yang kuciptakan:
Aku bangun di pagi hari dengan penuh senyum
Membuat isi lemariku kacau karena bersolek

Kekacauan yang kauciptakan:
Kau mengirimiku sebuah pesan singkat
Menyatakan rencana harus dibatalkan karena keperluan mendadak

Kujatuhkan diri di atas tempat tidur
Seketika kusadari aku dikelilingi pakaian-pakaianku
Seperempat isi lemari ada di atas tempat tidurku

Kubangkit dan mendapati sebuah cermin di hadapanku
Seketika kusadari aku bahkan sudah memoles wajahku
Dengan bedak, pemulas mata dan pipi, bahkan gincu

Hatiku kacau
Aku kembali ke tempat tidurku
Bergumul di bawah selimutku
Dalam pakaian terbaikku
Dengan wajah tersolek cantik

Kantor?
Kantor apa?

Lima menit kemudian pesan singkat lainnya masuk
Darimu. "Maaf maaf maaf. Lain waktu ya"
Aku tersenyum pada layar ponselku
Dan membalas dengan dua huruf "Ok"

Semudah itu aku luluh padamu
Lagi.


LA.

Canggung

Khalil Fong 方大同 Reflection
Pict: HKmPUA

Canggung adalah ketika kamu mencuri pandang ke seseorang melalui refleksi pada kaca jendela. Dan menangkap ternyata orang tersebut sedang menatapmu melalui refleksi yang sama. Lalu, secepat mungkin mengalihkan pandang, menyembunyikan senyum.


LA.

Malam Ini, Setahun Yang Lalu

Mengenang.
Malam ini.
Setahun yang lalu.

Ah tapi...
Untuk apa mengenang setahun yang lalu,
Kalau kita punya malam ini.
Hari ini.


LA.

Warna Memori

Aku cek jam dipergelangan tanganku. Pukul 06.15, sudah saatnya berbuka puasa. Aku terlambat di tempat berkumpul. Bukan perkumpulan spesial sebenarnya, hanya sebuah perkumpulan dengan teman-teman lama. Termasuk dengan gadis itu, gadis yang pernah kupinta hatinya. Salah, gadis yang pernah kuberikan hatiku padanya. Apakah Ia akan datang?

Sesampainya di sana mudah saja menemukan gerombolan itu dan menemukan dia, yang memilih duduk di meja kecil tengah, di luar gerombolan tertentu, dia yang seketika menunduk saat melihatku datang. Aku menelan senyum geli melihat tingkahnya. Bodoh, lain kali setidaknya berusahalah untuk tidak terlalu terlihat jika melakukan itu lagi ya.

Aku ingin duduk di sampingnya, di hadapannya, di dekatnya untuk menanyakan kabar hati yang pernah kuberikan. Saat itu ia menolak pemberianku dengan alasan pendidikan. Bodoh dan klise. Tapi, itu yang kukagumi darinya. Ia dan ambisinya pada pendidikan.
Aku ingin duduk di sampingnya, di hadapannya, di dekatnya, tapi aku sadar diri. Saat ini aku sedang memiliki hati seseorang.

Jadi, aku memilih bergabung dengan gerombolan lelaki, berjarak darinya.

Sesekali aku mencuri pandang ke arahnya dari ujung mataku. Aku menyadari sesuatu. Dia dengan jilbab merah marunnya dan aku dengan kemeja merah marunku. Aku punya warna untuk memoriku tentangnya kali ini: merah marun.


Counter part kisah Merah Marun.


LA.

Popular Posts

Frasa. Powered by Blogger.