Babak Lima Belas Menit.

Pertemuan pertama kita tidak jelas, apakah bulan Februari atau Januari empat tahun silam. Bisa jadi sebelum itu kita pernah bertemu, berpapasan, bersinggungan atau mungkin aku menjeli kamu baru-baru ini.

Tapi aku ingat ketika pertemuan kita tidak pernah bisa dihitung lama. Kisah sebentar.

Tentang pertemuan di halte kampus dan sama-sama menunggu hingga akhirnya aku berlari untuk mengejar bus biru dan kamu merah

Tentang pertemuan di tiap-tiap rapat suatu organisasi kampus yang sangat minim frekuensi. Meski saling mengetahui

Tentang pertemuan di tempat mengajar yang selalu tergesa karena aku selalu tepat waktu. Ya, kelas mulai jam 10 pagi dan jam 10 pagi itulah aku datang dengan rambut basah dan tidak tersisir tersapu angin dari atas ojek motor

Tentang pertemuan di belakang balairung dimana kamu berwisuda dan aku yang berlarian tidak karuan karena hujan dan aku sangat amat tidak kece saat itu. Aku ingat.

'Sama ujan aja kok takut' itu katamu.

Dan aku tidak pernah tampil maksimal di hadapanmu. Selalu dalam kondisi tidak oke dan tidak layak. Aku masih hafal betul..

Sebenarnya tidak perlu tampil baik dihadapanmu, tentu selama ini kita selalu menjaga jarak seaman mungkin. Karena aku tau sedikit kamu dan kurasa kamu juga demikian. Tentang kamu? Maaf aku tidak mencari tau banyak, hidupku fokus untuk satu pria yang melirik aku tiap haripun tidak. Yang kutau kamu baik dan calon sukses segala hal. Dan aku memang tidak harus tampil maksimal.

Tapi kemarin berbeda. Aku ingin mengikis semua pendapat tentang gaya yang cuek yang aku bangun sebelumnya. Aku ingin lebih berhias ala bersahaja. Tapi tidak berlebihan. Setidaknya lebih rapi. Alih-alih sudah memikirkan kaus dan warna jilbab senada aku jadi lupa mengerjakan tugas yang seharusnya. Dan ini memang menyenangkan, aku tidak tau bagaimana ini bermula tapi aku suka menikmati prosesnya.

Hari itu. Entah mengapa, tidak berjalan semestinya. Kita memang tidak pernah bertemu dalam situasi yang normal. Aku kembali acak-acakan, terburu-buru, dan kamu yang tetap diam dan tenang.

Hari itu. Yang tidak pernah dijanjikan dari sebelumnya. Tentang awal pertemanan. Tentang awal disisipkannya kepercayaan. Untuk mula dari hal yang dilandasi kepercayaan. Entah kenapa, manis.

Hari itu tentang babak lima belas menit dan sapaan setelahnya. Semoga membuka hal yang baik. Tanpa janji, tanpa andai, dan sesederhana keindahan savana seperti dalam pembicaraan kita.

Semoga, suatu hari nanti kita dapat bertemu dalam keadaan yang lebih baik.

Salam