Sajak Satu Sore

Pada lantai empat puluh enam perempuan itu kesepian gundah gulana melihat tumpukan pekerjaan, khayalan pangeran, dan gelimangan tumpukan berlian yang konon masih bernama impian setelah dua tiga tahun dinyanyikan lagu gaudeamus igitur.

Pada lantai empat puluh enam perempuan itu menceritakan kisah pada rintik hujan dan gerimis, pada awan mendung bersama secangkir teh chamomile yang belum habis ia seruput.

Ia menceritakan kisah tuhan yang melepaskan balon tepat waktu satu demi satu. Seperti hujan yang pasti habis di sore itu.