Tentang Rasa (Sekuel)

Fly a kite today

Hai Kamu,

Apa kabarmu?


Aku lelah. Lelah pada permainan apapun ini yang sedang kita mainkan. Kau berperan sebagai sosok yang tenang, seolah hal yang kulakukan tidak mempengaruhimu sama sekali. Jangan bodoh! Kita berdua tahu, hal tersebut mengganggumu. Membuatmu serba salah bagaimana menghadapiku. Dan emosiku. Dan egoku. Dan dramaku.
Sedangkan aku, aku berperan sebagai sosok yang berpura-pura baik-baik saja. Tetapi, kita berdua pun tahu, aku tidak baik-baik saja. Hal yang kulakukan membuat semuanya berantakan. Sekarang aku serba salah menghadapimu. Dan kecanggunganmu. Dan kehati-hatianmu. Dan kebohongan-kebohongan kecilmu.


Aku lelah. Pada semua rencana yang kau buat hanya untuk kau hancurkan di menit-menit menjelang rencana itu dilaksanakan. Sebenarnya aku yang terlalu berharap banyak pada rencana-rencanamu itu? Atau kau yang tidak tahu bagaimana mengatur waktu agar semua dapat terlaksana sesuai harapan?


Aku lelah pada pertanyaan: "Kau baik-baik saja?" Bagaimana aku harus menjawab? Kalau aku sendiri tidak tahu apakah aku baik-baik saja atau tidak. Aku lelah menghadapi pertanyaan: "Masih menyukainya?" Bagaimana aku harus menjawab? Kalau aku tahu 'tidak' adalah kebohongan, sedangkan 'Iya' bukanlah jawaban yang tepat.


Aku lelah berusaha memperbaiki segalanya. Segala yang aku rusak. Satu malam, aku bersyukur aku melakukannya, sehingga aku tidak perlu tenggelam dalam spekulasi. Akan tetapi, di malam-malam lainnya aku justru menyesalinya. Menyesali telah merusak hal yang sudah terbina di antara kita. Sekarang aku harus menanggung semua. Menanggung permainan layang-layangmu. Ah, iya, kita ini permainan layang-layang. Kau pemainnya. Aku layang-layangnya.



Hai Kamu,


Pernahkah kau menangis hingga tertidur dan terbangun merasa seperti orang dungu? Semoga tidak. Cukup aku, bukan? Kumohon, bawa aku seutuhnya atau tidak sama sekali. Jangan tinggalkan aku dalam tanya. Karena aku lelah. Beri aku kepastian: Ijinkan aku memperbaiki kita. Atau ijinkan aku untuk menyerah dan pergi.





(Ini adalah curahan hati tentangmu, yang tidak akan pernah tersampaikan. Aku sedang belajar untuk tidak berdoa-untuk-meminta, tetapi kali ini aku kalah. Aku meminta, ralat, memohon pada Tuhan agar sekali ini saja aku dapat mengetahui apa yang ada di dalam hatimu)


(P.S. Ini sekuel dari Tentang Rasa)


LA.