Kamu Kacau

Reading at the park

Minggu siang yang tenang. Berbaring di rerumputan sebuah taman kota. Sinar matahari musim panas begitu menyilaukan.

Aku berbaring sambil menutup mata saat tiba-tiba sebuah tas melayang tepat di samping kepalaku diikuti sebuah tubuh yang jatuh kasual, menjadikan tasnya bantal. Dan sebuah repetan panjang tentang pekerjaan.

"Deadline dua hari lagi, 50% beres juga belum. Di awal katanya iya bisa, udah gini aja. Ujungnya aku lagi yang ngerjain semuanya. Dari awal aja mendingan nggak usah sok hire orang lain, bocah pula"
"Kamu mandi nggak sih?"
"Bangun tidur, cek email, isinya semua orang nguber desain, yang harusnya tanggung jawab si anak baru. Telepon tidak terjawab 20, pesan baru 30. Gila ya! Tanggung jawab siapa, yang diuber-uber siapa. Dipikir kerjaanku cuma nyelesain deadline yang nggak bisa diselesein sama orang lain apa?
"Udah makan?"
Kamu menghela napas sebelum menjawab, "Nggak ada makanan"
"Kan bisa beli di resto"
"Makanan take away nggak enak"
"Ya dining aja"
"Garing makan sendiri"
Aku menatap kesal kepala pria di sampingku
"Tagihan listrik udah dibayar?"
"Nggak tau surat tagihannya ilang"
"Ya ke kantor listrik aja langsung. Terus kalo aliran listrik kamu diputus gimana?"
"Ya tinggal ke rumah kamu"
"Kamu pikir rumahku tempat penampungan orang kacau kayak kamu?"
Kamu memilih memejamkan mata.
"Hei, denger nggak??? KAMU KACAU TAU, NGGAK! Perlu disembuhin, pake cinta"
"Hahahahahaha. Alas! Jijik"
"Kok jijik sih? Itu romantis lagi"
"Keluarnya dari mulut kamu, terdengar jijik"
"Yang denger kuping kamu, makanya terdengar jijik"
"Buku apa sih yang lagi dibaca? Nggak usah dibaca lagi lah. Omongan kamu jadi menggelikan"
"Kamu ngapain di sini?"
"Nyari kamu"
"Darimana kamu tahu aku di sini?"
"Yaaa tahu aja"

Kemudian semua percakapan berhenti. Kamu memejamkan mata. Aku diam-diam mengecek ponselku. Benar kok, ponselku kutinggalkan di rumah.

Ah selalu saja kamu tahu dimana menemukanku.

Perusak ketenangan hari.


LA.